bloggerandpodcaster.com, Gara-Gara Miras, Pemuda Sulbar Tikam Pria Pakai Badik! Kabar dari Sulawesi Barat lagi-lagi bikin geleng kepala. Bukan soal prestasi atau gebrakan hebat, tapi karena aksi pemuda yang tak bisa kendalikan emosi setelah minum minuman keras. Akibatnya, satu pria jadi korban tikaman badik. Kejadian ini langsung bikin warga sekitar panik dan polisi pun turun tangan secepat kilat.
Saat Miras Merusak Akal Sehat
Semua bermula dari acara kumpul santai yang tiba-tiba berubah jadi tegang. Awalnya, suasana masih terasa biasa, hanya gelak tawa dan obrolan liar khas tongkrongan malam. Namun, begitu botol demi botol miras mulai kosong, semuanya berubah drastis.
Salah satu pemuda yang di ketahui sudah dalam pengaruh alkohol mendadak emosi. Kata-kata kecil yang di lontarkan seseorang malah di tangkap sebagai hinaan. Bukannya reda, amarahnya justru meledak. Tak lama kemudian, badik yang ia bawa di selipkan di pinggang pun keluar dari sarungnya. Dalam hitungan detik, pria yang di anggap memancing emosi pun terkapar dengan luka tusuk.
Warga Langsung Bergerak, Polisi Tak Tinggal Diam
Jeritan warga dan suara gaduh langsung pecah. Beberapa orang berusaha menghentikan pelaku, tapi suasana sudah kacau. Korban di bopong ke fasilitas kesehatan terdekat, sementara pelaku sempat melarikan di ri.
Untungnya, polisi bergerak cepat. Kurang dari 24 jam, pelaku berhasil di tangkap di tempat persembunyian yang tidak jauh dari lokasi kejadian. Proses penangkapan pun berlangsung tanpa perlawanan. Pelaku tampak menyesal, namun nasi sudah menjadi bubur.
Bukan Kasus Pertama, Miras Masih Jadi Masalah
Kejadian seperti ini bukan hal baru di wilayah tersebut. Bahkan, menurut warga sekitar, sudah beberapa kali miras menjadi pemicu perkelahian dan tindakan nekat. Ironisnya, peringatan dan razia terus di lakukan, tapi peredaran miras tetap sulit di berantas.
Banyak pemuda masih menganggap minum miras sebagai bagian dari gaya hidup atau simbol kebebasan. Padahal, kenyataannya, miras hanya membawa petaka. Emosi tak terkendali, logika hilang, dan akhirnya tindakan brutal jadi pelampiasan.
Korban Masih Dirawat, Keluarga Minta Keadilan
Sementara itu, korban yang mengalami luka tusuk cukup dalam masih di rawat intensif. Pihak keluarga terlihat gelisah namun berharap pelaku di hukum seadil-adilnya. Mereka tak menuntut balas, hanya ingin kejadian seperti ini tidak terulang lagi.
Sebaliknya, mereka juga mendesak aparat agar lebih serius menangani peredaran miras. Bukan hanya sekadar razia sesaat, tapi pendekatan yang lebih konsisten dan menyentuh akar permasalahan. Termasuk edukasi ke masyarakat tentang bahaya miras dan kekerasan.
Kesimpulan: Miras Bukan Jawaban, Tapi Awal Masalah
Kasus penikaman di Sulbar ini menjadi bukti nyata bahwa miras bisa mengubah manusia jadi liar. Amarah kecil bisa berubah jadi tragedi hanya karena botol keras. Pemuda seharusnya menjadi harapan, bukan sumber keresahan. Tapi selama miras masih di anggap ‘teman nongkrong’, tragedi seperti ini akan terus berulang.
Sudah saatnya semua pihak mulai dari masyarakat, tokoh adat, hingga pemerintah—bersinergi untuk menghapus budaya miras yang merusak. Tanpa kerja sama dan kesadaran kolektif, keamanan akan terus jadi taruhan. Dan tentu saja, tak ada satu luka pun yang bisa di benarkan hanya karena ego dalam mabuk.