Kasus Guru Ngaji Jaksel Bikin Miris: Korban Lebih dari 10?

Kasus Guru Ngaji Jaksel Bikin Miris: Korban Lebih dari 10?Kasus Guru Ngaji Jaksel Bikin Miris: Korban Lebih dari 10?

bloggerandpodcaster.com, Kasus Guru Ngaji Jaksel Bikin Miris: Korban Lebih dari 10? Kepercayaan yang seharusnya jadi fondasi, justru jadi senjata. Begitulah suasana yang terasa setelah kasus guru ngaji di Jakarta Selatan ini mencuat ke permukaan. Sosok yang semestinya membimbing dalam nilai moral dan agama, malah di duga mencoreng makna suci itu sendiri.

Tak berhenti sampai di situ, jumlah korban yang terus bertambah bikin hati makin tercabik. Awalnya hanya satu laporan yang masuk, namun kini lebih dari 10 anak di duga menjadi korban tindakan yang tak pantas di lakukan oleh seseorang yang selama ini di sapa dengan sebutan “ustaz”.

Di Balik Pakaian Agamis Kasus Guru Ngaji, Ternyata Ada Luka yang Dalam

Lingkungan tempat tinggal pelaku sempat tak percaya saat kabar ini menyebar. Banyak yang mengenalnya sebagai pria santun, murah senyum, dan rajin hadir di kegiatan masjid. Namun, setelah laporan polisi masuk dan sejumlah orang tua mulai angkat suara, topeng kereligiusan itu runtuh seketika.

Salah satu warga bahkan berkata, “Kami semua syok, karena selama ini beliau di anggap panutan.” Kalimat itu menggambarkan bagaimana kepercayaan publik di bangun bertahun-tahun, tapi hancur hanya dalam sekejap.

Yang bikin lebih menyayat, banyak korban adalah murid tetap yang sudah belajar sejak kecil. Kejadian berlangsung di tempat yang seharusnya menjadi zona aman—ruang ngaji.

Bukan Sekadar Kejahatan, Ini Luka Psikologis Jangka Panjang

Dampaknya tidak berhenti pada tindakan itu sendiri. Korban, sebagian besar masih duduk di bangku sekolah dasar, kini mengalami trauma yang berat. Bahkan ada yang tak mau lagi menyentuh Al-Qur’an atau mendekati masjid.

Psikolog anak yang menangani beberapa korban menyebutkan bahwa “rasa aman mereka telah di rampas oleh seseorang yang semestinya mereka percaya”. Kalimat itu terasa berat, namun sangat relevan.

Lihat Juga  4 Fakta Mengejutkan: Mengapa Imam Gay Tewas Ditembak?

Trauma ini bisa membekas bertahun-tahun. Tak jarang, korban akan merasa bersalah meski tak melakukan kesalahan. Ironisnya, beberapa orang tua awalnya sempat ragu untuk melapor karena pelaku adalah orang yang di kenal dekat oleh keluarga mereka.

Proses Hukum Berjalan Kasus Guru Ngaji, Tapi Publik Menuntut Lebih

Kasus Guru Ngaji Jaksel Bikin Miris: Korban Lebih dari 10?

Saat artikel ini di tulis, proses hukum sudah memasuki tahap penyidikan lanjutan. Pelaku telah di tahan dan di periksa intensif. Meski begitu, muncul desakan dari publik agar penanganan kasus ini di lakukan secara transparan dan menyeluruh.

Beberapa LSM perlindungan anak turut turun tangan, tak hanya mendampingi korban secara hukum, tapi juga membantu pemulihan psikis. Warga sekitar pun kini mulai sadar bahwa pengawasan terhadap pendidikan agama anak tidak boleh asal percaya pada satu figur, meskipun kelihatan ‘baik-baik saja’.

Muncul pertanyaan besar: berapa banyak lagi kasus serupa yang belum terungkap?

Masyarakat Perlu Sadar, Kejahatan Tak Selalu Berwajah Seram

Kasus ini jadi pengingat penting bahwa kejahatan bisa memakai wajah yang lembut. Pakaian religius, tutur kata halus, dan posisi sosial yang di hormati tidak otomatis menjamin moral seseorang.

Karenanya, penting bagi masyarakat untuk lebih terbuka dalam mendengarkan suara anak-anak. Ketika mereka mengeluh, curiga, atau takut bertemu dengan orang tertentu, jangan anggap remeh. Bisa jadi mereka sedang memberi sinyal minta tolong dengan bahasa yang belum sempurna.

Beberapa anak korban di ketahui sempat bercerita, tapi sayangnya, perkataan mereka di anggap bualan. Setelah kasus ini mencuat, barulah cerita mereka di percaya.

Kesimpulan

Kasus guru ngaji di Jakarta Selatan bukan hanya soal satu pelaku dan puluhan korban. Ini adalah tamparan untuk seluruh sistem sosial kita. Bagaimana bisa sosok yang di percayai menciptakan trauma dalam skala sebesar ini?

Lihat Juga  Aksi Gagal! Residivis Curi Motor, Polisi Tangkap, Rekannya Buron!

Tanggung jawabnya kini bukan hanya pada pihak hukum, tapi juga pada lingkungan sekitar. Sekolah, masjid, orang tua, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan ruang belajar yang benar-benar aman bukan hanya kelihatan suci dari luar, tapi juga bersih dari dalam. Karena sekali kepercayaan itu di rusak, pemulihannya butuh waktu panjang, tenaga besar, dan dukungan nyata. Jangan biarkan luka ini jadi luka berikutnya. Jangan biarkan pelajaran agama berubah jadi mimpi buruk bagi anak-anak.

We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications